Latar Belakang
Umat muslim telah diberikan
kemudahan dalam menjalani kehidupan,
dengan diturunkan wahyu sebagai petunjuk (al-Qur’an) kepada Nabi Muhammad Saw sehingga setiap yang
tabu dan tidak terbatas menjadi terang dan mudah dipahami. Al-Qur’an menjadi
suatu ikon parameter yang istimewa dalam setiap tindakan kaum muslim, karena
tugas terbesar Nabi Muhammad Saw adalah
mengubah perilaku seseorang dari yang buruk ke jalan yang lebih baik. Penerang kepada
jalan yang lurus pun tidak terlepas dari segala bentuk tindakan perbuatan yang
berhubungan dengan Nabi, karena hal tersebut sebagai contoh atau refleksi Al-Qur’an untuk
dijadikan panutan kaum muslimin dalam menjalani kehidupannya. Dan hal-hal
tersebut telah terkodifikasi di berbagai kitab-kitab hadis.
Setiap muslim wajib mempelajari hadis setelah mempelajari al-qur’an.
Pembelajaran tersebut dikhususkan untuk
mendapatkan pemahaman yang komprehenshif, bukan pemahaman yang
setengah-setengah yang akan menjadikan
seseorang berbelok ke jalan yang tidak benar. Terdapat dua kajian yang sangat
penting tentang hadis yaitu kajian
tentang matan dan sanad, karena dua aspek tersebut sebagai tolak ukur dalam
penilaian suatu hadis. Matan hadis lebih menitik beratkan pada pembahasan isi
kandungan dari suatu hadis, sementara pembahasan sanadpun tidak kalah penting.
Pembahasan sanad adalah pembahasan tentang jalur periwayatan rawi yang
memindahkan matan dari sumber primernya untuk menghubungkan matan hadis kepada Nabi Muhammad Saw.
Keshahihan hadis dilihat dari kekuatan sanad dan kebenaran suatu matan.
Konsep kekuatan sanad dilihat dari kredibilitas perawinya dan kesinambungan
jalurnya. Sementaran konsep kebenaran matan dilihat dari kemungkinan bahwa itu
adalah perkataan nabi. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi dapat atau tidak
diterimanya suatu hadis adalah kualitas rawi. Tinggi rendahnya sifat adil dan
dhabith para perawi menyebabkan kuat lemahnya kualitas suatu hadis. Perbedaan
cara perawi dalam menerima suatu hadis
dari para guru mereka mengakibatkan
munculnya perbedan lafadz-lafadz yang diapakai dalam periwayatan hadis dan hal
tersebut menyebabkan perbedaan nilai (kualitas) suatu hadis.
Sanad hadis sangat penting kedudukannya dalam periwayatan hadis. Oleh
karena itu, suatu berita yang dinyatakan sebagai hadis Nabi Muhammmad oleh
seseorang, tetapi tidak memiliki sanad sama sekali, dinyatakan sebagai hadis
palsu atau hadis Mau’du. Kedudukan sanad dalam hadis sangat penting, karena
hadis yang diperoleh atau diriwayatakan akan mengikuti siapa yang
meriwayatkannya. Dengan sanad, suatu
periwayatan hadis dapat diketahui mana yang dapat di tolak dan mana hadis yang
shahih yang untuk di amalkan.
Rawi menjadi salah satu indikator yang vital dalam menentukan keshahihan
hadis, maka dari itu pembahasan rawi mempunyai
pembahasan yang khusus di dalam Ilmu Rijal Al Hadis. Ilmu ini membahas
tentang penelitian secara menyeluruh tentang biografi dan kualitas rawi dalam
menentukan kredibilitas dalam meriwayatkan hadis. Dan salah satu kitab yang
membahas tentang Ilmu Rijal Al Hadis adalah kitab الإستيعاب
في معرفة الصحابة ليوسف بن عبد البر di dalam
kitab ini membahas mulai dari nama perawi, penjelasan tentang sejarah para
rawi, dan kedudukan mereka sebagai seseorang yang paling baik jalannya.
Berdasarkan Pentingnya pembahasan rawi
sebagai cara untuk menentukan keshahihan hadis. Pada bagian ini kami
akan membahas kandungan atau isi yang
terdapat di dalam kitab Rijal Al Hadis al- Isti’ab fi Ma’rifah al-Ashab (Ibnu
Abdil Barr). Untuk pemahan menyeluruh tentang isu pembahasan kitab, maka di
dapat rumusan sebagai berikut permasalahan:
1. Bagaimana Biografi Ibn Abdil Barr?
2. Apa yang dibahas di dalam kitab Rijal Al Hadis al-
Isti’ab fi Ma’rifah al-Ashab ?
3. Metode dan sistematika apa yang digunakan di dalam kitab Rijal
Al Hadis Hadis al- Isti’ ab fi Marifah al-Ashab ?
4. Bagaimana pandangan ulama tentang Ibnu Abdil Barr ?
5. Kesimpulan kitab Rijal al Hadis al- Isti’ab fi Ma’rifah
al-Ashab ?
Pembahasan
1.
Biografi Ibn Abdil Barr
Kitab Rijal al Hadis al- Isti’ab fi
Ma’rifah al-Ashab merupakan karya
dari al faqih Abu Umar Yusuf Ibn Abdullah Ibn Muhammad Ibn Abdil Barr an
Namiri. Beliau berasal dari Andalusia (Spanyol) tepatnya di Qordoba dan dari kabilah Namir bin Qasith yang merupakan salah satu kabilah dari
negeri Arab.
Beliau dilahirkan pada hari Jumat tanggal lima bulan Rabiulakhir
tahun 368 H. Beliau tumbuh dan berkembang di kota Cordova yang merupakan ibu
kota negara Spanyol pada waktu itu. Kota yang dikenal
sebagai kota ilmu pada zaman tersebut. Kota yang juga dikenal sebagai tempat
tinggal muslim Ahlussunnah waljamaah. Beliau wafat di kota Syatibah pada malam
Jumat, tepatnya pada bulan Rabiulakhir tahun 463 H di usia beliau yang ke-95,
dan dimakamkan di kota yang sama.
Beliau melakukan rihlah minggalkan daerah
asalnya menuju Spanyol bagian timur. Di kota ini pulalah beliau belajar kepada
gurunya Abu Umar bin al-Makawi dan mulai produktif menulis banyak kitab.
Kemudian guru selanjutnya Ibn Abdil Barr adalah Abu al-Walid ibn al-Fardhi,
dari beliau lah Ibn Abdil Barr memperoleh banyak hal tentang ilmu Rijal dan
Ilmu hadis. Karena bertepatan Abu al-Walid adalah seorang yang memfokuskan diri
dalam ilmu rijal dan al-Walid yang paling mempengaruhi dibandingkan dengan guru
yang lain. Disamping itu beliau belajar tentang al-qur’an, belajar agama dan belajar
ilmu fikih dari para ulama ternama pada waktu itu. Beliau juga meriwayatkan
hadis Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam sehingga beliau
menjadi seorang ulama besar sampai-sampai beliau diberi julukan Hafiz
Al-Maghrib. Beliau berasal dari
keluarga yang dikenal sebagai keluarga yang memiliki banyak keutamaan. Keluarga
yang terkenal akan keilmuan dan kezuhudannya. Kakek dan ayah beliau adalah
ulama yang sangat rajin beribadah dan sangat terkenal dengan kezuhudan mereka terhadap
dunia. [1]
Guru-guru beliau sangatlah banyak, hingga mencapai seratus orang
lebih. Dan semuanya merupakan ulama yang pakar dalam bidangnya, diantara mereka
ada yang ahli hadis dan ahli fikih. Dan diantara para ulama yang menjadi
guru-guru beliau adalah:
- Abdul Waris bin Sufyan.
- Abdullah bin Muhammad bin Abdul
Mukmin, beliau adalah seorang pakar hadis.
- Abdullah bin Muhammad bin
Abdurrahman bin Asad Al-Juhani.
- Muhammad bin Abdul Malik
Ar-Rosofi.
- Al-Hafiz Abu Ustman Said bin
Nashr bin Khalaf Al-Andalusi.
- Abul Fadhl Ahmad bin Qosim bin
Abdurrahman Al-Bazzar.
Dan
diantara murid-murid beliau adalah Abu Abbas ad-Dula’i, Abu muhammad bin Abi
Kuhaffah, Abu Muhammad ibn hazim.
Diantara Karya-karya Ibn
Abdil Barr, yaitu:
1.
Al Isti’ab fi ma’rifati al-Ashab
2.
Syarah Muwatho’
3.
At- Tamhidu minal maani wal asanid (20 jilid)
4.
Al-
Istidzkar li madzahib ulama al-amsor
5.
Al-Isti’ab al-asmau al-Shahabah
6.
Jami’il bayan al’ilmi
7.
Al-Inbah ‘ala qobaili al-ruwah
Selain karya diatas, beliau juga menulis tentang fadhilah
tiga ulama besar fiqh yaitu Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Abu Hanifah.
Dengan banyak karya yang dihasilkan beliau menunjukan bahwa beliau sangat fokus
terhadap sejarah. Menurut ahli hadis, beliau berada dalam Thabaqah kedua yaitu
sezaman dengan Imam Bukhori dan Imam Muslim. Diantara kelebihan kitab Al-isti’ab
fi ma’rifati al-ashab ini:
- Kitab ini menjadi rujukan banyak kitab setelahnya
Sala satu contohnya,
seperti Ibn Hajar mengutip kitab beliau.
- Apabila belau tidak mengetahui
kebenaran seorang rawi dalam meriwayatan suatu hadis maka beliau
mengatakan “La a’lamu lahu riwayatan ‘aninnabiyyi”.
- Kitab ini dibuat ketika beliau berusia 24 tahun.
2.
Pembahasan Awal Muqodimah
Pembahasan dalam muqodimah kitab ini dimulai dari ucapan syukur ibnu abdul
barr atas semua ilmu yang sudah ia peroleh. Beliau berdoa untuk keridhoan-Nya
atas pencapaian ilmu yang tidak terhingga sehingga jalan kebaikan sudah terbuka
untuk beliau. Rasa syukur yang mendalam atas kemudahan yang telah di dapat,
beliau tuangkan dalam bentuk pujian-pujian. Tiada daya dan upaya kecuali atas
pertolongan Allah dalam menyelesaikan kitab ini.
Di pembahasan awal beliau mengatakan hal yang pertama yang harus dipelajari
oleh para penunut ilmu setelah al-Qur’an adalah al-Hadis. Sebagaimana, hadis
menjadi sumber hukum kedua di dalam islam. Karena mempelajari kitab hadis
sebagai jalan untuk mendapatkan petunjuk mengenai perincian dari al-Qur’an yang
bersifat global mengenai suatu masalah supaya seseorang mudah dalam memahami
isi kandungan dan batasan-batasan yang terdapat dalam al-Qur’an.
Apabila kita tidak mempelajari atau membahas hadis, kita tidak akan
mendapatkan kemudahan dalam pemahaman al-Qur’an. Sarana untuk mengetahui
kebenaran suatu hadis, kita harus mengetahui hadis ini di nukil atau diperoleh
dari siapa? Dan untuk mengetahui hal tersebut adalah dengan mengetahui para
sahabat yang meriwayatakan hadis. Karena sahabat adalah seserorang yang hidup
pada masa Rasulullah, sehingga mereka mengetahui secara jelas apa yang
dikatakan, dilakukan, dan apa yang beliau tetapkan mengenai suatu hal. Dan
apabila mereka tidak mengetahui secara langsung mereka bertanya kepada sahabat
yang lain yang mengikuti majelis Rasul.
Masa sahabat adalah masa yang paling adil dan yang paling baik dibandingkan
dengan masa setelahnya (assabiqunal awwalun). Sebagaimana firman Allah dalam
Q.S at-Taubah (9): 100
cqà)Î6»¡¡9$#ur tbqä9¨rF{$# z`ÏB tûïÌÉf»ygßJø9$# Í$|ÁRF{$#ur tûïÏ%©!$#ur Nèdqãèt7¨?$# 9`»|¡ômÎ*Î/ Å̧ ª!$# öNåk÷]tã (#qàÊuur çm÷Ztã £tãr&ur öNçlm; ;M»¨Zy_ Ìôfs? $ygtFøtrB ã»yg÷RF{$# tûïÏ$Î#»yz !$pkÏù #Yt/r& 4 y7Ï9ºs ãöqxÿø9$# ãLìÏàyèø9$# ÇÊÉÉÈ
Artinya:
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk islma) diantara
muhajirin dan ansar dan yang mengikuti Allah, Allah menyediakan bagi mereka
surga yang mengalir sungai-sungai didalamnya dan mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.”
Q.S
al-Fath (48): 18-19
* ôs)©9 _ÅÌu ª!$# Ç`tã úüÏZÏB÷sßJø9$# øÎ) tRqãèÎ$t7ã |MøtrB Íotyf¤±9$# zNÎ=yèsù $tB Îû öNÍkÍ5qè=è% tAtRr'sù spuZÅ3¡¡9$# öNÍkön=tã öNßgt6»rOr&ur $[s÷Gsù $Y6Ìs% ÇÊÑÈ zOÏR$tótBur ZouÏVx. $pktXräè{ù't 3 tb%x.ur ª!$# #¹Ìtã $VJÅ3ym ÇÊÒÈ
Artinya: “Dan sesungguhnya Allah itu ridha terhadap orang
yang beriman, ketika mereka sedang berjanji (berbaiat) kepada engkau (Muhammad)
di bawah pohon dan Allah mengetahu isi hati mereka, maka diturunkannya kepada
mereak (Ketenangan) dan kemenangan yang sudah dekat sekali. Dan mereka juga
memperoleh keuntungan yang banyak, dan Allah itu maha kuasa lagi maha
bijaksana.”
Kedua
ayat ini menjelaskan tentang keutaman para sahabat sebagaimana yang ada di
dalam kitab ibn Abdil Barr. Karena beliau menganggap bahwasaannya
ketersambungan sanad untuk bisa sampai ke puncaknya harus melalui sahabat
sebelum sampai kepada Nabi Muhammad Saw. Sehingga para sahabat mempunyai peran
yang penting tentang keotentikan informasi yang diperoleh dari nabi saw.
Di dalam
muqodimah kitab ini membahas pula
tentang para sahabat yang dibaiat dan menyaksikan serta ikut dalam perang badar
(peperangan yang dimenangkan umat islam) dan perjanjian hudaibiyah (Nabi dan
kaum muslimin tidak boleh menetap di mekkah selama sepuluh tahun). Serta
terdapat penjelasan tentang kaum-kaum yang mengikuti perang badar.
Kemudian terdapat pula penegasan hadis, yang periwayatkan
dari Imam Bukhori kitab Al-Muaqib Bab Qauluhu Lau Itakhadzu Khalilan no. 3397
tentang sahabat, “Rasullullah melarang siapapun mencela sahabat walaupun dalam
konteks penginfakan harta yang sebanding dengan masyarakat pada umumnya.” Dan
dalam muqodimahnyapun ada beberapa penegasan tentang hadis yang menjelaskan
keutamaan sahabat, termasuk ada hadis yang terdapat di dalam kitab Arba’in
karya Imam Nawawi.
Menurut analisis kami dalam pembahasan awal muqodimah ibn
Abdul Barr, beliau banyak menjelaskan tentang keutamaan para sahabat. Dari sini
kita bisa menarik, bahwa pembahasan tentang keutamaan para sahabat adalah
faktor yang paling utama dalam merujuk sanad hadis sebelum sampai kepada Rasullullah.
Maka dari itu, Ibn Abdil Barr sendiri banyak menejelaskan keutamaan para
sahabat. Karena kita ketahui bahwa sahabat adalah orang yang paling dekat
dengan nabi dan orang yang paling adil jika dibandingan dengan generasi
setelahnya. Tujuan adalah untuk mengetahui segala hal yang berhubungan dengan
para perawi baik dari segi nasab, riwayat keislamannya, dan hadis-hadis yang
berkaitan dengan para perawi dalam periwayatan hadis. Pada akhirnya dengan
mengetahui hal tersebut maka puncak muaranya akan sampai kepada sahabat. Setelah
pembahasana keutamaan sahabat diawal muqodimahnya, Ibn Abdil Barr melanjutkan
pembahasan mengenai kehidupan Rasullullah Saw. Dimulai dengan pembahasan:
Rasullulah
Keluarga Rasulullah
(Penjelasan kabilah)
Kelahiran
Peperangan
Penjelasan tentang istri-istri Rasullulah
Anak-anak
Rasullullah
3.
Latar Belakang Penulisan kitab “al-Isti’ab
fi Ma’rifah al-Ashab”
Pada
zamannya sudah banyak ulama yang menulis kitab mengenai para rawi dan beliau
sudah banyak membaca kitab-kitab tersebut untuk dibandingkan antara satu dengan
yang lainnya. Tapi beliau menemukan penjelasan yang panjang dengan riwayat-riwayat
yang tidak penting dari kitab-kitab rawi tersebut.
Beliau beranggapan bahwa masing-masing kitab mempunyai kelebihan antara satu
dengan yang lainnya, maka dari itu beliau mengumpulkan dan meringkas dengan
cara mendekatakan semua isi content dari kitab-kitab tersebut.
Beliau
menyatakan bahwa setelah kita mengetahui hukum-hukum atau pembahasan secara
mendetail atas seseorang dalam agamanya, dirinya, keluarganya, hartanya, yang
memutusakan hukum atas perkataannya. Untuk Kesaksiaannya kita harus mengetahui
namanya, nasabnya, keadilannya, dan pengetahuan tentang keadannya. Tentang
keutamaan sahabat telah dibahas tentang keadaan mereka, dalam kelompok mereka
terkumpul orang-orang yang benar diantara kaum muslimin. Mereka adalah
ahli sunnah wa jamaah. Mereka adalah orang yang adil. Maka dari itu kita harus
mengetahui nama mereka, penjelasan tentang sejarah mereka, dan keadaan mereka,
untuk mendapatkan petunjuk dari mereka karena mereka adalah orang yang paling
baik dalam jalannya.
Maksimal
kita sudah mengetahui mursal dari musnad, dan itu merupakan ilmu jiwa, tidak
bisa seseorang menyandarkan hadis dengan ketidaktahuannya atau perbedaan
pengetahuan diatara ulama. Maka kita harus mementingkan nama sahabat
Rasullullah. Karena sahabat Rasul adalah perantara antara Nabi dengan umatnya.
Dan para ulama telah mengarang dan meneliti kitab tersebut, seperti
karangan-karangan tentang nasab-nasabnya dan para perawi.
Ibn Abdul
Barr sudah menyandarkan kitab ini atas perkataan yang benar. Diisi atau dirujuk
dari orang-orang yang ahli sejarah, orang-orang yang ahli atsar, dan nasab-nasab atas sejarah yang
dikenal. Disandarkan kepada ulama yang
mengetahui tentang keadaan dan sejarah kaum muslimin.
4.Metodelogi dan Sistematika Kitab
Metodelogi
dalam kitab ini, Ibn Abdil Barr menyebutkan bahwasannya beliau tidak
menyebutkan dalam kitab ini tentang keshahihan sahabat dan majelis-majelisnya.
Terdapat dua versi jumlah sahabat dalam kitabnya beliau, cetakan Darul Fikr
berjumlah 3635 rawi dan cetakan Darul Jil berjumlah 4225 rawi (rawi yang
terulang tidak diberi nomor). Beliau hanya menyebutkan siapa saja orang yang
pernah bertemu dengan Rasulullah, walaupun perjumpaannya hanya sekali dan dia
seorang mukmin atau melihat sekali saja atau dia mendengar suatu lafadz-lafadz
saja, maka kami menggolongkan mereka dalam riwayat yang bersambung dan kami
menyebutkan dari kelahiran atas masanya
dia hidup bersama orang-orang muslimin. Maka dia digolongkan pada golongan
orang-orang yang benar. Kriteria sahabat yang masuk didalam kitabnya, beliau
memasukan anak-anak dan bayi kemudian menyebutkan nama-nama mereka
(dikategorikan) sebagai sahabat, tetapi beliau tidak jelas dalam memberikan
kriteria sahabat di dalam kitabnya.
Kitab
Rijal al-Hadis ibn Abdul Barr “al-Isti’ab
fi Ma’rifah al-Ashab”
kategorinya adalah Ilmu Tarikh ar-Ruwah. Sistematika pembahasan para
rawi menggunakan metode alfabetis huruf Hijaiyah hanya di Bab 1 dan Bab 2 kemudian
menggunakan sanad dan setelahnya tidak. Setelah pembahasan tentang anak-anak
dari Rasullulah diawal muqodimahnya, baru kemudian dimulai pembahasan rawi
yang dimulai dari huruf alif . Diawali
dari Ibrahim putra dari Rasulullah. Kemudian pembahasan selanjutnya masih di
huruf alif dengan rawi sahabat yang
berbeda. Begitupun selanjutnya pembahasan masih sama sampai kepada rawi
terakhir di huruf hijaiyah. Contoh:
ﺑﺎﺏ ﺣﺮﻑ ﺍﻷﻟﻒ
19..............................................................................................................................ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﺑﻦ ﺍﻟﻨﺒﻲ
22......................................................................................
ﻣﻦ ﺃﻭﻝ ﺍﺳﻤﻪ ﻋﻠﻰ ﺃﻟﻒ ﻣﻦ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﺭﺿﻰ ﺍﷲ ﻋﻨﻬﻢ
22...................................................................................................................ﺑﺎﺏ
ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ
22...............................................................................................................................ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﺍﻟﻄﺎﺋﻔﻲ
22.....................................................................................................................ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ
22.................................................................................................................ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﺑﻦ ﻋﺒﺎﺩ ﺍﻷﻧﺼﺎﺭﻱ
22......................................................................................................................ﺑﺎﺏ
ﺃﺑﺎﻥ
Pembahasan rawi dikitab ini terdapat
dua bagian utama. Pertama, Bab Rawi menjelaskan data rawi-rawi secara umum.
Kedua, Bab pembahasan kina (nama sandaran). Pembahasan kina dipecah lagi
menjadi tiga bagian yaitu kina tentang laki-laki terdapat pada hlm. 714, kina
tentang pembahasan perempuan pada umumnya terdapat pada hlm. 801, kina tentang
perempuan (ibu sahabat) terdapat pada hlm. 868. Jadi pembahasan kina yang belum
spesifik dan akan dibahas secara komprehensif di bagian kitab kina ini.
Sebagai
contoh:
·
Abi lahmi
al-ghfari, dia dikatakan abi lahmi karena dia tidak memakan daging pada zaman
jahiliyah dan dikatakan pula dia tidak memakan apa yang disembelih untuk
berhala.
·
Abu A’war
al-Jarimi, dia dipanggil oleh nabi “ya Abu a’war” dalam hadis yang disebutkan
oleh Abu a’war.
5.
Sampel Pembahasan Rawi dalam kitab
A.
Bab Huruf Alif
1.
Ibrahim Bin
Muhammad
Sala satu pendapat menyatakan bahwa Ibrahim dilahirkan
oleh Maria Khiftiah pad abulan dzulhizah. Nabi mengaqiqahkan anaknya pada usia
tujuan hari, memotong rambutnya, memberikannya nama, dan juga berbagi sedekah kepada
orang miskin. Ibrahim disusui dan diberikan minum tiap malam oleh ummu bardah. Ibrahim wafat di bani mazin pada
umur sebelas bulan. Dan terdapat perbedaan pendapat tentang wafatnya.
Rasullulah berkata “ketika ibrahim meninggal, baginya susuan di dalam surga
sebgai penyempurna susuan di dunia.”
2.
Ibrahim
Tho’ifa
Orang tua atho’ bin ibrahim dan beliau meriwayatkan dari
ibrahim. Berkata “قابلوالنعال” tidak
meriwayatkan ibrahim selain dari anaknya atho’ dan isnad hadisnya tidak shohih
menurutku. Telah disebut juga para sahabat bahwasannya hadisnya mursal.
3.
Ibrahim bin
Abdurahman
Telah menyebutkan al-wa’di bahwa dia adlah golongan
sahabat, ibunya ummu kholsum anak dari abu u’kobah bin abi mu;id dan meninggal
pada tahun sembilan enam pada umur sembilan puluh lima tahun.
4.
Adro’ Abul
Ja’di ad-dhomiri
Dia terkenal dengan nama ubaidah bin Ubaidah bin Shufiyan
al-Had’romi.
5.
Adro’
al-aslami
Dia telah meriwayatkan satu hadis dari nabi dan dia telah
meriwayatkan ke Sa’id bin Abi Sa’id Ma’buri. (sala satu contoh keterangan orang
yang hanya satu sekali bertemu dengan Nabi)
6.
Amar bin
Mu’adz Abu Namlah
Dia telah meriwayatkan dari Nabi Saw: apa yang
dibicarakan ahlul kitab terhadap kalian, janganlah kalian mempercayai mereka
dan jangan mendustai mereka. Katakanlah kami beriman kepada kitabnya dan
Rasulnya.
B.
Bab Amar
Amarah bin ahmawi almazini, diantara golongan sahabat
menyebutkan saya tidak mengenal dia.
C. Bab Umar
Umar bin khatab, ibnu Nafi’il bin abdi uza bin tibah bin
abdilah bin qiroat bin rijah bin adi bin ka’ab al-qursy adlwy abu hafzin.
D.
Bab huruf Ya’
Yahya
bin asyid, beliau lahir dimasa Rasul ketika dia masih dalam pemeliharaan dan
saya tidak kenal riwayat dia.
E.
Bab Yazid
Yazid bin akhlinas. Al salmi syami dari genrasi sahabat
berkata “sesungguhnya dia telah menyaksikan perang badar. Dia, ayahnya, dan
anaknya Mu’in. Saya tidak mengetahui dia dalam perang badar itu dan Katsir bin
muroh dan Salim bin amir meriwayatkan dari Yazid akhlinas dan Mu’in anaknya.
6. Pandangan Ulama tentang Ibn Abdil Barr
Imam Ibnu Abdil Barr telah banyak memperoleh pujian dari para ulama, baik dari
teman-teman yang semasa dengan beliau, murid-murid beliau, hingga ulama-ulama
yang datang setelah beliau. Hal tersebut beliau dapatkan karena tingginya
kedudukan beliau dimata kaum muslimin, kekuatan hafalannya, banyaknya disiplin
ilmu yang beliau kuasai, dan karya-karya tulis beliau yang menjadi bukti akan
luasnya ilmu yang beliau miliki.
- Al-Humaidi
berkata, “Abu Umar adalah seorang fakih, hafiz, dan banyak meriwayatkan
hadis. Beliau adalah seorang pakar dalam ilmu qiraah dan sangat
mengetahui perbedaan yang terjadi dikalangan para ulama. Beliau juga
seorang yang pakar dalam ilmu hadis dan ilmu rijal (ilmu tentang keadaan
para perawi hadis).”
- Abu Umar berkata “Abdul Barr sangat alim dengan ilmu
atshar, teliti dalam ilmu fiqh, dan ilmu ma’ani hadis. Dan sangat pandai
dalam perbendaharaan mengenai nasab dan khobar.”
- Abu Ali al-Jayani berkata “Abdul barr adalah
seseorang yang sabar dalam mengajar dan telah menulis banyak karya yang
masyhur”
- Imam
Ibnu Hazm berkata, “Aku tidak mengetahui ada orang yang semisal dengan
Ibnu Abdil Bar dalam fikih hadis, apalagi orang yang lebih baik dari
beliau.”
- Imam
Adz-Dzahabi berkata, “Beliau adalah seorang imam yang baik agamanya,
seorang yang terpercaya dan profesional, pandai lagi luas ilmunya, dan
sangat berpegang teguh dengan sunnah. Barang siapa yang membaca
karya-karya tulis beliau, maka akan tampaklah baginya keutamaan
beliau. Mulai dari luasnya ilmu beliau, kekuatan pemahaman beliau, hingga
kecerdasan otak beliau.” [2]
Kesimpulan
Hal yang pertama yang harus dipelajari oleh para penunut ilmu setelah
al-Qur’an adalah al-Hadis. Sebagaimana, hadis menjadi sumber hukum kedua di
dalam islam. Karena mempelajari kitab hadis sebagai jalan untuk mendapatkan petunjuk
mengenai perincian dari al-Qur’an yang bersifat global mengenai suatu masalah
supaya seseorang mudah dalam memahami isi kandungan dan batasan-batasan yang
terdapat dalam al-Qur’an. Apabila kita tidak mempelajari atau membahas hadis,
kita tidak akan mendapatkan kemudahan dalam pemahaman al-Qur’an.
Ibn
Abdil Barr menyebutkan bahwasannya beliau tidak menyebutkan dalam kitabnya
tentang keshahihan sahabat dan majelis-majelisnya. Beliau hanya menyebutkan
siapa saja orang yang pernah bertemu dengan Rasulullah, walaupun perjumpaannya
hanya sekali dan dia seorang mukmin atau melihat sekali saja atau dia mendengar
suatu lafadz-lafadz saja, maka kami menggolongkan mereka dalam riwayat yang
bersambung dan kami menyebutkan dari kelahiran
atas masanya dia hidup bersama orang-orang muslimin. Sahabat
adalah orang yang adil. Maka dari itu kita harus mengetahui nama mereka,
penjelasan tentang sejarah mereka, dan keadaan mereka, untuk mendapatkan
petunjuk dari mereka karena mereka adalah orang yang paling baik dalam
jalannya.
Jadi Kitab
Rijal al-Hadis ibn Abdil Barr “al-Isti’ab
fi Ma’rifah al-Ashab”
dikategorikan sebagai Ilmu Tarikh ar-Ruwah dan sistematika pembahasan
para rawi menggunakan metode alfabetis huruf Hijaiyah. Pembahasan rawi dikitab
ini terdapat dua bagian utama. Pertama, Bab Rawi menjelaskan data rawi-rawi
secara umum. Kedua, Bab pembahasan kina (nama sandaran). Pembahasan kina
dipecah lagi menjadi tiga bagian yaitu kina tentang laki-laki terdapat pada
hlm. 714, kina tentang pembahasan perempuan pada umumnya terdapat pada hlm. 801,
kina tentang perempuan (ibu sahabat) terdapat pada hlm. 868. Jadi pembahasan
kina yang belum spesifik dan akan dibahas secara komprehensif di bagian kitab
kina.
Daftar
Pustaka:
Maktabah
Syamilah keyword Ibn Abdil Barr
Pdf Kitab al-Isti’ab fi Ma’rifatih al-Ashab Karya Ibn
Abdil Barr
ترتيب المدارك ك وتقريب المسالك للقاضي عياض رحمه الله dalam Maktabah Syamilah
Hidayatullah, Biografi Ibn Abdill Barr https://muslim.or.id/19088-biografi-imam-ibnu-abdil-barr.html diakses pada tangggal 10 September 2016.
[2]Hidayatullah,
Biografi Ibn Abdill Barr https://muslim.or.id/19088-biografi-imam-ibnu-abdil-barr.html diakses pada tangggal 10 September 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar