Jumat, 20 Oktober 2017

Kitab Rijal Al Hadis al- Isti’ab fi Ma’rifah al-Ashab (Ibnu Abdil Barr)

Latar Belakang
 Umat muslim telah diberikan kemudahan dalam menjalani kehidupan,  dengan diturunkan wahyu sebagai petunjuk (al-Qur’an)  kepada Nabi Muhammad Saw sehingga setiap yang tabu dan tidak terbatas menjadi terang dan mudah dipahami. Al-Qur’an menjadi suatu ikon parameter yang istimewa dalam setiap tindakan kaum muslim, karena tugas terbesar  Nabi Muhammad Saw adalah mengubah perilaku seseorang dari yang buruk ke jalan yang lebih baik. Penerang kepada jalan yang lurus pun tidak terlepas dari segala bentuk tindakan perbuatan yang berhubungan dengan Nabi, karena hal tersebut  sebagai contoh atau refleksi Al-Qur’an untuk dijadikan panutan kaum muslimin dalam menjalani kehidupannya. Dan hal-hal tersebut telah terkodifikasi di berbagai kitab-kitab hadis.
Setiap muslim wajib mempelajari hadis setelah mempelajari al-qur’an. Pembelajaran tersebut dikhususkan  untuk mendapatkan pemahaman yang komprehenshif, bukan pemahaman yang setengah-setengah yang akan  menjadikan seseorang berbelok ke jalan yang tidak benar. Terdapat dua kajian yang sangat penting tentang hadis  yaitu kajian tentang matan dan sanad, karena dua aspek tersebut sebagai tolak ukur dalam penilaian suatu hadis. Matan hadis lebih menitik beratkan pada pembahasan isi kandungan dari suatu hadis, sementara pembahasan sanadpun tidak kalah penting. Pembahasan sanad adalah pembahasan tentang jalur periwayatan rawi yang memindahkan matan dari sumber primernya untuk menghubungkan matan hadis  kepada Nabi Muhammad Saw.
Keshahihan hadis dilihat dari kekuatan sanad dan kebenaran suatu matan. Konsep kekuatan sanad dilihat dari kredibilitas perawinya dan kesinambungan jalurnya. Sementaran konsep kebenaran matan dilihat dari kemungkinan bahwa itu adalah perkataan nabi. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi dapat atau tidak diterimanya suatu hadis adalah kualitas rawi. Tinggi rendahnya sifat adil dan dhabith para perawi menyebabkan kuat lemahnya kualitas suatu hadis. Perbedaan cara perawi dalam menerima suatu  hadis dari para guru mereka  mengakibatkan munculnya perbedan lafadz-lafadz yang diapakai dalam periwayatan hadis dan hal tersebut menyebabkan perbedaan nilai (kualitas) suatu hadis.
Sanad hadis sangat penting kedudukannya dalam periwayatan hadis. Oleh karena itu, suatu berita yang dinyatakan sebagai hadis Nabi Muhammmad oleh seseorang, tetapi tidak memiliki sanad sama sekali, dinyatakan sebagai hadis palsu atau hadis Mau’du. Kedudukan sanad dalam hadis sangat penting, karena hadis yang diperoleh atau diriwayatakan akan mengikuti siapa yang meriwayatkannya. Dengan sanad,  suatu periwayatan hadis dapat diketahui mana yang dapat di tolak dan mana hadis yang shahih yang untuk di amalkan.
Rawi menjadi salah satu indikator yang vital dalam menentukan keshahihan hadis, maka dari itu pembahasan rawi mempunyai  pembahasan yang khusus di dalam Ilmu Rijal Al Hadis. Ilmu ini membahas tentang penelitian secara menyeluruh tentang biografi dan kualitas rawi dalam menentukan kredibilitas dalam meriwayatkan hadis. Dan salah satu kitab yang membahas tentang Ilmu Rijal Al Hadis adalah kitab الإستيعاب في معرفة الصحابة ليوسف بن عبد البر  di dalam kitab ini membahas mulai dari nama perawi, penjelasan tentang sejarah para rawi, dan kedudukan mereka sebagai seseorang yang paling baik jalannya.
Berdasarkan Pentingnya pembahasan rawi  sebagai cara untuk menentukan keshahihan hadis. Pada bagian ini kami akan membahas kandungan atau isi  yang terdapat di dalam kitab Rijal Al Hadis al- Isti’ab fi Ma’rifah al-Ashab (Ibnu Abdil Barr). Untuk pemahan menyeluruh tentang isu pembahasan kitab, maka di dapat rumusan sebagai berikut permasalahan:
1.      Bagaimana Biografi Ibn Abdil Barr?
2.      Apa yang dibahas di dalam kitab Rijal Al Hadis al- Isti’ab fi Ma’rifah al-Ashab ?
3.      Metode dan sistematika apa yang digunakan di dalam kitab Rijal Al Hadis Hadis al- Isti’ ab fi Marifah al-Ashab ?
4.      Bagaimana pandangan ulama tentang Ibnu Abdil Barr ?
5.      Kesimpulan kitab Rijal al Hadis al- Isti’ab fi Ma’rifah al-Ashab ?








Pembahasan
1.     Biografi Ibn Abdil Barr
Kitab Rijal al Hadis al- Isti’ab fi Ma’rifah al-Ashab  merupakan karya dari al faqih Abu Umar Yusuf Ibn Abdullah Ibn Muhammad Ibn Abdil Barr an Namiri. Beliau berasal dari Andalusia (Spanyol) tepatnya di Qordoba dan dari kabilah Namir bin Qasith yang merupakan salah satu kabilah dari negeri Arab. Beliau dilahirkan pada hari Jumat tanggal lima bulan Rabiulakhir tahun 368 H. Beliau tumbuh dan berkembang di kota Cordova yang merupakan ibu kota negara Spanyol pada waktu itu. Kota yang dikenal sebagai kota ilmu pada zaman tersebut. Kota yang juga dikenal sebagai tempat tinggal muslim Ahlussunnah waljamaah. Beliau wafat di kota Syatibah pada malam Jumat, tepatnya pada bulan Rabiulakhir tahun 463 H di usia beliau yang ke-95, dan dimakamkan di kota yang sama.
 Beliau melakukan rihlah minggalkan daerah asalnya menuju Spanyol bagian timur. Di kota ini pulalah beliau belajar kepada gurunya Abu Umar bin al-Makawi dan mulai produktif menulis banyak kitab. Kemudian guru selanjutnya Ibn Abdil Barr adalah Abu al-Walid ibn al-Fardhi, dari beliau lah Ibn Abdil Barr memperoleh banyak hal tentang ilmu Rijal dan Ilmu hadis. Karena bertepatan Abu al-Walid adalah seorang yang memfokuskan diri dalam ilmu rijal dan al-Walid yang paling mempengaruhi dibandingkan dengan guru yang lain. Disamping itu beliau belajar tentang al-qur’an, belajar agama dan belajar ilmu fikih dari para ulama ternama pada waktu itu. Beliau juga meriwayatkan hadis Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam sehingga beliau menjadi seorang ulama besar sampai-sampai beliau diberi julukan Hafiz Al-Maghrib. Beliau berasal dari keluarga yang dikenal sebagai keluarga yang memiliki banyak keutamaan. Keluarga yang terkenal akan keilmuan dan kezuhudannya. Kakek dan ayah beliau adalah ulama yang sangat rajin beribadah dan sangat terkenal dengan kezuhudan mereka terhadap dunia. [1]
            Guru-guru beliau sangatlah banyak, hingga mencapai seratus orang lebih. Dan semuanya merupakan ulama yang pakar dalam bidangnya, diantara mereka ada yang ahli hadis dan ahli fikih. Dan diantara para ulama yang menjadi guru-guru beliau adalah:
  1. Abdul Waris bin Sufyan.
  2. Abdullah bin Muhammad bin Abdul Mukmin, beliau adalah seorang pakar hadis.
  3. Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Asad Al-Juhani.
  4. Muhammad bin Abdul Malik Ar-Rosofi.
  5. Al-Hafiz Abu Ustman Said bin Nashr bin Khalaf Al-Andalusi.
  6. Abul Fadhl Ahmad bin Qosim bin Abdurrahman Al-Bazzar.
Dan diantara murid-murid beliau adalah Abu Abbas ad-Dula’i, Abu muhammad bin Abi Kuhaffah, Abu Muhammad ibn hazim.

Diantara Karya-karya Ibn Abdil Barr, yaitu:
1.      Al Isti’ab fi ma’rifati al-Ashab
2.      Syarah Muwatho’
3.      At- Tamhidu minal maani wal asanid (20 jilid)
4.       Al- Istidzkar li madzahib ulama al-amsor
5.      Al-Isti’ab al-asmau al-Shahabah
6.      Jami’il bayan al’ilmi
7.      Al-Inbah ‘ala qobaili al-ruwah
Selain karya diatas, beliau juga menulis tentang fadhilah tiga ulama besar fiqh yaitu Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Abu Hanifah. Dengan banyak karya yang dihasilkan beliau menunjukan bahwa beliau sangat fokus terhadap sejarah. Menurut ahli hadis, beliau berada dalam Thabaqah kedua yaitu sezaman dengan Imam Bukhori dan Imam Muslim. Diantara kelebihan kitab Al-isti’ab fi ma’rifati al-ashab ini:
  1. Kitab ini menjadi rujukan banyak kitab setelahnya
Sala satu contohnya, seperti Ibn Hajar mengutip kitab beliau.
  1. Apabila belau tidak mengetahui kebenaran seorang rawi dalam meriwayatan suatu hadis maka beliau mengatakan “La a’lamu lahu riwayatan ‘aninnabiyyi”.
  2. Kitab ini dibuat ketika beliau berusia 24 tahun.
2.     Pembahasan Awal Muqodimah
Pembahasan dalam muqodimah kitab ini dimulai dari ucapan syukur ibnu abdul barr atas semua ilmu yang sudah ia peroleh. Beliau berdoa untuk keridhoan-Nya atas pencapaian ilmu yang tidak terhingga sehingga jalan kebaikan sudah terbuka untuk beliau. Rasa syukur yang mendalam atas kemudahan yang telah di dapat, beliau tuangkan dalam bentuk pujian-pujian. Tiada daya dan upaya kecuali atas pertolongan Allah dalam menyelesaikan kitab ini.
Di pembahasan awal beliau mengatakan hal yang pertama yang harus dipelajari oleh para penunut ilmu setelah al-Qur’an adalah al-Hadis. Sebagaimana, hadis menjadi sumber hukum kedua di dalam islam. Karena mempelajari kitab hadis sebagai jalan untuk mendapatkan petunjuk mengenai perincian dari al-Qur’an yang bersifat global mengenai suatu masalah supaya seseorang mudah dalam memahami isi kandungan dan batasan-batasan yang terdapat dalam al-Qur’an.
Apabila kita tidak mempelajari atau membahas hadis, kita tidak akan mendapatkan kemudahan dalam pemahaman al-Qur’an. Sarana untuk mengetahui kebenaran suatu hadis, kita harus mengetahui hadis ini di nukil atau diperoleh dari siapa? Dan untuk mengetahui hal tersebut adalah dengan mengetahui para sahabat yang meriwayatakan hadis. Karena sahabat adalah seserorang yang hidup pada masa Rasulullah, sehingga mereka mengetahui secara jelas apa yang dikatakan, dilakukan, dan apa yang beliau tetapkan mengenai suatu hal. Dan apabila mereka tidak mengetahui secara langsung mereka bertanya kepada sahabat yang lain yang mengikuti majelis Rasul.
Masa sahabat adalah masa yang paling adil dan yang paling baik dibandingkan dengan masa setelahnya (assabiqunal awwalun). Sebagaimana firman Allah dalam Q.S at-Taubah (9): 100
šcqà)Î6»¡¡9$#ur tbqä9¨rF{$# z`ÏB tûï̍Éf»ygßJø9$# Í$|ÁRF{$#ur tûïÏ%©!$#ur Nèdqãèt7¨?$# 9`»|¡ômÎ*Î/ šÅ̧ ª!$# öNåk÷]tã (#qàÊuur çm÷Ztã £tãr&ur öNçlm; ;M»¨Zy_ ̍ôfs? $ygtFøtrB ㍻yg÷RF{$# tûïÏ$Î#»yz !$pkŽÏù #Yt/r& 4 y7Ï9ºsŒ ãöqxÿø9$# ãLìÏàyèø9$# ÇÊÉÉÈ 
Artinya: “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk islma) diantara muhajirin dan ansar dan yang mengikuti Allah, Allah menyediakan bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai didalamnya dan mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.”


 Q.S al-Fath (48): 18-19
* ôs)©9 š_ÅÌu ª!$# Ç`tã šúüÏZÏB÷sßJø9$# øŒÎ) štRqãè΃$t7ム|MøtrB Íotyf¤±9$# zNÎ=yèsù $tB Îû öNÍkÍ5qè=è% tAtRr'sù spuZŠÅ3¡¡9$# öNÍköŽn=tã öNßgt6»rOr&ur $[s÷Gsù $Y6ƒÌs% ÇÊÑÈ   zOÏR$tótBur ZouŽÏVx. $pktXräè{ù'tƒ 3 tb%x.ur ª!$# #¹ƒÌtã $VJÅ3ym ÇÊÒÈ  
Artinya: “Dan sesungguhnya Allah itu ridha terhadap orang yang beriman, ketika mereka sedang berjanji (berbaiat) kepada engkau (Muhammad) di bawah pohon dan Allah mengetahu isi hati mereka, maka diturunkannya kepada mereak (Ketenangan) dan kemenangan yang sudah dekat sekali. Dan mereka juga memperoleh keuntungan yang banyak, dan Allah itu maha kuasa lagi maha bijaksana.”
          Kedua ayat ini menjelaskan tentang keutaman para sahabat sebagaimana yang ada di dalam kitab ibn Abdil Barr. Karena beliau menganggap bahwasaannya ketersambungan sanad untuk bisa sampai ke puncaknya harus melalui sahabat sebelum sampai kepada Nabi Muhammad Saw. Sehingga para sahabat mempunyai peran yang penting tentang keotentikan informasi yang diperoleh dari nabi saw. 
          Di dalam muqodimah  kitab ini membahas pula tentang para sahabat yang dibaiat dan menyaksikan serta ikut dalam perang badar (peperangan yang dimenangkan umat islam) dan perjanjian hudaibiyah (Nabi dan kaum muslimin tidak boleh menetap di mekkah selama sepuluh tahun). Serta terdapat penjelasan tentang kaum-kaum yang mengikuti perang badar.
Kemudian terdapat pula penegasan hadis, yang periwayatkan dari Imam Bukhori kitab Al-Muaqib Bab Qauluhu Lau Itakhadzu Khalilan no. 3397 tentang sahabat, “Rasullullah melarang siapapun mencela sahabat walaupun dalam konteks penginfakan harta yang sebanding dengan masyarakat pada umumnya.” Dan dalam muqodimahnyapun ada beberapa penegasan tentang hadis yang menjelaskan keutamaan sahabat, termasuk ada hadis yang terdapat di dalam kitab Arba’in karya Imam Nawawi.
Menurut analisis kami dalam pembahasan awal muqodimah ibn Abdul Barr, beliau banyak menjelaskan tentang keutamaan para sahabat. Dari sini kita bisa menarik, bahwa pembahasan tentang keutamaan para sahabat adalah faktor yang paling utama dalam merujuk sanad hadis sebelum sampai kepada Rasullullah. Maka dari itu, Ibn Abdil Barr sendiri banyak menejelaskan keutamaan para sahabat. Karena kita ketahui bahwa sahabat adalah orang yang paling dekat dengan nabi dan orang yang paling adil jika dibandingan dengan generasi setelahnya. Tujuan adalah untuk mengetahui segala hal yang berhubungan dengan para perawi baik dari segi nasab, riwayat keislamannya, dan hadis-hadis yang berkaitan dengan para perawi dalam periwayatan hadis. Pada akhirnya dengan mengetahui hal tersebut maka puncak muaranya akan sampai kepada sahabat. Setelah pembahasana keutamaan sahabat diawal muqodimahnya, Ibn Abdil Barr melanjutkan pembahasan mengenai kehidupan Rasullullah Saw. Dimulai dengan pembahasan:
Rasullulah

Keluarga Rasulullah
(Penjelasan kabilah)

Kelahiran

Peperangan
 


Penjelasan tentang istri-istri Rasullulah
 


Anak-anak Rasullullah
3.     Latar Belakang Penulisan kitab al-Isti’ab  fi  Ma’rifah  al-Ashab” 
          Pada zamannya sudah banyak ulama yang menulis kitab mengenai para rawi dan beliau sudah banyak membaca kitab-kitab tersebut untuk dibandingkan antara satu dengan yang lainnya. Tapi beliau menemukan penjelasan yang panjang dengan riwayat-riwayat yang tidak penting dari kitab-kitab rawi tersebut. Beliau beranggapan bahwa masing-masing kitab mempunyai kelebihan antara satu dengan yang lainnya, maka dari itu beliau mengumpulkan dan meringkas dengan cara mendekatakan semua isi content dari kitab-kitab tersebut.
          Beliau menyatakan bahwa setelah kita mengetahui hukum-hukum atau pembahasan secara mendetail atas seseorang dalam agamanya, dirinya, keluarganya, hartanya, yang memutusakan hukum atas perkataannya. Untuk Kesaksiaannya kita harus mengetahui namanya, nasabnya, keadilannya, dan pengetahuan tentang keadannya. Tentang keutamaan sahabat telah dibahas tentang keadaan mereka, dalam kelompok mereka terkumpul orang-orang yang benar diantara kaum muslimin. Mereka adalah ahli sunnah wa jamaah. Mereka adalah orang yang adil. Maka dari itu kita harus mengetahui nama mereka, penjelasan tentang sejarah mereka, dan keadaan mereka, untuk mendapatkan petunjuk dari mereka karena mereka adalah orang yang paling baik dalam jalannya.
          Maksimal kita sudah mengetahui mursal dari musnad, dan itu merupakan ilmu jiwa, tidak bisa seseorang menyandarkan hadis dengan ketidaktahuannya atau perbedaan pengetahuan diatara ulama. Maka kita harus mementingkan nama sahabat Rasullullah. Karena sahabat Rasul adalah perantara antara Nabi dengan umatnya. Dan para ulama telah mengarang dan meneliti kitab tersebut, seperti karangan-karangan tentang nasab-nasabnya dan para perawi.
          Ibn Abdul Barr sudah menyandarkan kitab ini atas perkataan yang benar. Diisi atau dirujuk dari orang-orang yang ahli sejarah, orang-orang yang  ahli atsar, dan nasab-nasab atas sejarah yang dikenal. Disandarkan kepada ulama  yang mengetahui tentang keadaan dan sejarah kaum muslimin.





4.Metodelogi dan Sistematika Kitab
          Metodelogi dalam kitab ini, Ibn Abdil Barr menyebutkan bahwasannya beliau tidak menyebutkan dalam kitab ini tentang keshahihan sahabat dan majelis-majelisnya. Terdapat dua versi jumlah sahabat dalam kitabnya beliau, cetakan Darul Fikr berjumlah 3635 rawi dan cetakan Darul Jil berjumlah 4225 rawi (rawi yang terulang tidak diberi nomor). Beliau hanya menyebutkan siapa saja orang yang pernah bertemu dengan Rasulullah, walaupun perjumpaannya hanya sekali dan dia seorang mukmin atau melihat sekali saja atau dia mendengar suatu lafadz-lafadz saja, maka kami menggolongkan mereka dalam riwayat yang bersambung dan kami menyebutkan dari kelahiran  atas masanya dia hidup bersama orang-orang muslimin. Maka dia digolongkan pada golongan orang-orang yang benar. Kriteria sahabat yang masuk didalam kitabnya, beliau memasukan anak-anak dan bayi kemudian menyebutkan nama-nama mereka (dikategorikan) sebagai sahabat, tetapi beliau tidak jelas dalam memberikan kriteria sahabat di dalam kitabnya.
          Kitab Rijal al-Hadis ibn Abdul Barr “al-Isti’ab  fi  Ma’rifah  al-Ashab”  kategorinya adalah Ilmu Tarikh ar-Ruwah. Sistematika pembahasan para rawi menggunakan metode alfabetis huruf Hijaiyah hanya di Bab 1 dan Bab 2 kemudian menggunakan sanad dan setelahnya tidak. Setelah pembahasan tentang anak-anak dari Rasullulah diawal muqodimahnya, baru kemudian dimulai pembahasan rawi yang  dimulai dari huruf alif . Diawali dari Ibrahim putra dari Rasulullah. Kemudian pembahasan selanjutnya masih di huruf alif dengan rawi sahabat  yang berbeda. Begitupun selanjutnya pembahasan masih sama sampai kepada rawi terakhir di huruf hijaiyah. Contoh:
ﺑﺎﺏ ﺣﺮﻑ ﺍﻷﻟﻒ 19..............................................................................................................................ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﺑﻦ ﺍﻟﻨﺒﻲ 22...................................................................................... ﻣﻦ ﺃﻭﻝ ﺍﺳﻤﻪ ﻋﻠﻰ ﺃﻟﻒ ﻣﻦ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﺭﺿﻰ ﺍﷲ ﻋﻨﻬﻢ 22...................................................................................................................ﺑﺎﺏ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ 22...............................................................................................................................ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﺍﻟﻄﺎﺋﻔﻲ 22.....................................................................................................................ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ 22.................................................................................................................ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﺑﻦ ﻋﺒﺎﺩ ﺍﻷﻧﺼﺎﺭﻱ 22......................................................................................................................ﺑﺎﺏ ﺃﺑﺎﻥ
          Pembahasan rawi dikitab ini terdapat dua bagian utama. Pertama, Bab Rawi menjelaskan data rawi-rawi secara umum. Kedua, Bab pembahasan kina (nama sandaran). Pembahasan kina dipecah lagi menjadi tiga bagian yaitu kina tentang laki-laki terdapat pada hlm. 714, kina tentang pembahasan perempuan pada umumnya terdapat pada hlm. 801, kina tentang perempuan (ibu sahabat) terdapat pada hlm. 868. Jadi pembahasan kina yang belum spesifik dan akan dibahas secara komprehensif di bagian kitab kina ini.
Sebagai contoh:
·         Abi lahmi al-ghfari, dia dikatakan abi lahmi karena dia tidak memakan daging pada zaman jahiliyah dan dikatakan pula dia tidak memakan apa yang disembelih untuk berhala.
·         Abu A’war al-Jarimi, dia dipanggil oleh nabi “ya Abu a’war” dalam hadis yang disebutkan oleh Abu a’war.

5.     Sampel Pembahasan  Rawi dalam kitab
A.      Bab Huruf Alif
1.    Ibrahim Bin Muhammad
Sala satu pendapat menyatakan bahwa Ibrahim dilahirkan oleh Maria Khiftiah pad abulan dzulhizah. Nabi mengaqiqahkan anaknya pada usia tujuan hari, memotong rambutnya, memberikannya nama, dan juga berbagi sedekah kepada orang miskin. Ibrahim disusui dan diberikan minum tiap malam oleh  ummu bardah. Ibrahim wafat di bani mazin pada umur sebelas bulan. Dan terdapat perbedaan pendapat tentang wafatnya. Rasullulah berkata “ketika ibrahim meninggal, baginya susuan di dalam surga sebgai penyempurna susuan di dunia.”
2.    Ibrahim Tho’ifa
Orang tua atho’ bin ibrahim dan beliau meriwayatkan dari ibrahim. Berkata “قابلوالنعال” tidak meriwayatkan ibrahim selain dari anaknya atho’ dan isnad hadisnya tidak shohih menurutku. Telah disebut juga para sahabat bahwasannya hadisnya mursal.
3.    Ibrahim bin Abdurahman
Telah menyebutkan al-wa’di bahwa dia adlah golongan sahabat, ibunya ummu kholsum anak dari abu u’kobah bin abi mu;id dan meninggal pada tahun sembilan enam pada umur sembilan puluh lima tahun.
4.                Adro’ Abul Ja’di ad-dhomiri
Dia terkenal dengan nama ubaidah bin Ubaidah bin Shufiyan al-Had’romi.
5.    Adro’ al-aslami
Dia telah meriwayatkan satu hadis dari nabi dan dia telah meriwayatkan ke Sa’id bin Abi Sa’id Ma’buri. (sala satu contoh keterangan orang yang hanya satu sekali bertemu dengan Nabi)
6.                Amar bin Mu’adz Abu Namlah
Dia telah meriwayatkan dari Nabi Saw: apa yang dibicarakan ahlul kitab terhadap kalian, janganlah kalian mempercayai mereka dan jangan mendustai mereka. Katakanlah kami beriman kepada kitabnya dan Rasulnya.
B.      Bab Amar
Amarah bin ahmawi almazini, diantara golongan sahabat menyebutkan saya tidak mengenal dia.
C. Bab Umar
Umar bin khatab, ibnu Nafi’il bin abdi uza bin tibah bin abdilah bin qiroat bin rijah bin adi bin ka’ab al-qursy adlwy abu hafzin.
D.     Bab huruf  Ya’
            Yahya bin asyid, beliau lahir dimasa Rasul ketika dia masih dalam pemeliharaan dan saya tidak kenal riwayat dia.
E.  Bab Yazid
Yazid bin akhlinas. Al salmi syami dari genrasi sahabat berkata “sesungguhnya dia telah menyaksikan perang badar. Dia, ayahnya, dan anaknya Mu’in. Saya tidak mengetahui dia dalam perang badar itu dan Katsir bin muroh dan Salim bin amir meriwayatkan dari Yazid akhlinas dan Mu’in anaknya.
         

6.      Pandangan Ulama tentang Ibn Abdil Barr
Imam Ibnu Abdil Barr telah banyak memperoleh pujian dari para ulama, baik dari teman-teman yang semasa dengan beliau, murid-murid beliau, hingga ulama-ulama yang datang setelah beliau. Hal tersebut beliau dapatkan karena tingginya kedudukan beliau dimata kaum muslimin, kekuatan hafalannya, banyaknya disiplin ilmu yang beliau kuasai, dan karya-karya tulis beliau yang menjadi bukti akan luasnya ilmu yang beliau miliki.
  1. Al-Humaidi berkata, “Abu Umar adalah seorang fakih, hafiz, dan banyak meriwayatkan hadis. Beliau adalah seorang pakar dalam ilmu qiraah dan sangat mengetahui perbedaan yang terjadi dikalangan para ulama. Beliau juga seorang yang pakar dalam ilmu hadis dan ilmu rijal (ilmu tentang keadaan para perawi hadis).”
  2. Abu Umar berkata “Abdul Barr sangat alim dengan ilmu atshar, teliti dalam ilmu fiqh, dan ilmu ma’ani hadis. Dan sangat pandai dalam perbendaharaan mengenai nasab dan khobar.”
  3. Abu Ali al-Jayani berkata “Abdul barr adalah seseorang yang sabar dalam mengajar dan telah menulis banyak karya yang masyhur”
  4. Imam Ibnu Hazm berkata, “Aku tidak mengetahui ada orang yang semisal dengan Ibnu Abdil Bar dalam fikih hadis, apalagi orang yang lebih baik dari beliau.”
  5. Imam Adz-Dzahabi berkata, “Beliau adalah seorang imam yang baik agamanya, seorang yang terpercaya dan profesional, pandai lagi luas ilmunya, dan sangat berpegang teguh dengan sunnah. Barang siapa yang membaca karya-karya tulis beliau, maka akan tampaklah baginya keutamaan beliau. Mulai dari luasnya ilmu beliau, kekuatan pemahaman beliau, hingga kecerdasan otak beliau.” [2]
Kesimpulan
Hal yang pertama yang harus dipelajari oleh para penunut ilmu setelah al-Qur’an adalah al-Hadis. Sebagaimana, hadis menjadi sumber hukum kedua di dalam islam. Karena mempelajari kitab hadis sebagai jalan untuk mendapatkan petunjuk mengenai perincian dari al-Qur’an yang bersifat global mengenai suatu masalah supaya seseorang mudah dalam memahami isi kandungan dan batasan-batasan yang terdapat dalam al-Qur’an. Apabila kita tidak mempelajari atau membahas hadis, kita tidak akan mendapatkan kemudahan dalam pemahaman al-Qur’an.
          Ibn Abdil Barr menyebutkan bahwasannya beliau tidak menyebutkan dalam kitabnya tentang keshahihan sahabat dan majelis-majelisnya. Beliau hanya menyebutkan siapa saja orang yang pernah bertemu dengan Rasulullah, walaupun perjumpaannya hanya sekali dan dia seorang mukmin atau melihat sekali saja atau dia mendengar suatu lafadz-lafadz saja, maka kami menggolongkan mereka dalam riwayat yang bersambung dan kami menyebutkan dari kelahiran  atas masanya dia hidup bersama orang-orang muslimin. Sahabat adalah orang yang adil. Maka dari itu kita harus mengetahui nama mereka, penjelasan tentang sejarah mereka, dan keadaan mereka, untuk mendapatkan petunjuk dari mereka karena mereka adalah orang yang paling baik dalam jalannya.
          Jadi Kitab Rijal al-Hadis ibn Abdil Barr “al-Isti’ab  fi  Ma’rifah  al-Ashab”  dikategorikan sebagai Ilmu Tarikh ar-Ruwah dan sistematika pembahasan para rawi menggunakan metode alfabetis huruf Hijaiyah. Pembahasan rawi dikitab ini terdapat dua bagian utama. Pertama, Bab Rawi menjelaskan data rawi-rawi secara umum. Kedua, Bab pembahasan kina (nama sandaran). Pembahasan kina dipecah lagi menjadi tiga bagian yaitu kina tentang laki-laki terdapat pada hlm. 714, kina tentang pembahasan perempuan pada umumnya terdapat pada hlm. 801, kina tentang perempuan (ibu sahabat) terdapat pada hlm. 868. Jadi pembahasan kina yang belum spesifik dan akan dibahas secara komprehensif di bagian kitab kina.




Daftar Pustaka:
Maktabah Syamilah keyword Ibn Abdil Barr
Pdf Kitab al-Isti’ab fi Ma’rifatih al-Ashab Karya Ibn Abdil Barr
ترتيب المدارك ك وتقريب المسالك للقاضي عياض رحمه الله dalam Maktabah Syamilah
Hidayatullah, Biografi Ibn Abdill Barr  https://muslim.or.id/19088-biografi-imam-ibnu-abdil-barr.html diakses pada tangggal  10 September 2016.






[1] ترتيب المدارك ك وتقريب المسالك للقاضي عياض رحمه الله dalam Maktabah Syamilah (Ibn Abdil Barr)
[2]Hidayatullah, Biografi Ibn Abdill Barr  https://muslim.or.id/19088-biografi-imam-ibnu-abdil-barr.html diakses pada tangggal  10 September 2016.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar